Sewaktu masanya hidup, seringkali Bokap tiba-tiba nyeletuk, "Duh, perasaan Papa gak enak nih."
Perkataannya itu selalu kita anggap sebagai sebuah pertanda bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Istilahnya, sekuat itu instingnya, dia bisa mendeteksi kejadian gak enak bakal menimpa ke kita semua. At the time, I believe him. Now... not so much.
Bukannya gue nuduh bokap gue bohong atau apa. Tapi, perasaan gak enak itu, setelah gue perhatiin selalu ada penyebabnya. Suatu malam, mendadak jantung gue berdetak terlalu cepat, tanpa alasan. Setelah gue telusuri, hal itu diakibatkan gue kepikiran kerjaan yang sengaja gue tunda. Hari yang lain, gue ngerasa sedih terus, ternyata beberapa jam sebelumnya gue sempet dengerin lagu yang maknanya bikin hati berdenyut sakit. Atau, saat ini, di perut gue ada rasa jatuh. Tau gak sih? Seakan usus kita kesedot ke bawah ketika kita skip satu langkah di anak tangga? Ternyata karena rasa kecewa akibat gak bisa ketemu wajah yang di harapkan di masa mendatang.
Sudah menyadari ini, yang sekarang sulit banget untuk gue lakukan adalah menghadapi alasan perasaan gak enak tersebut muncul. Sampe saat ini, solusi yang gue pake adalah mengalihkan perhatian: nonton film, baca buku, kerja, nulis novel, nulis blog ini wkwkwk. Tapi, untuk menghadapi perasaan itu? Untuk memahami bahwa sebenernya gue patah hati, atau kangen bokap, atau merasa kehilangan kontrol atas hidup sendiri? Diri belom siap. That kind of mental breakdown... gue gak mau menghadapi.
Tau punya masalah, dan tau solusinya, adalah langkah yang bagus. Untuk bener-bener ngelaksanain solusinya itu... lain cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar