Minggu, 29 November 2015

Menjadi Lebih Kuat

Ketika mengalami patah hati yang pertama kali… gimana rasanya?

Bukan pertama kali gw jatuh cinta. Waktu itu gw udah 17 tahun, wajar kalo gw pernah punya crush.
Ini bukan cerita yang luar biasa. Cuma seorang cewek yang naksir sama seorang cowok. 

Yang membuat gw kaget adalah betapa cepatnya rasa sayang itu tumbuh. Bahkan, gw bisa mendeklarasi gw jatuh cinta dalam waktu yang sebentar. Lalu, rasa itu membengkak, membesar. Gw gak pernah merasakan ini. Selalu berusaha rapi di deket dia. Deg-degan tiap mata nangkep bahkan bayannganya aja. Mampu mengingat tiap patah kata yang keluar dari mulutnya. Padahal, dia bukan tipe cowok yang biasanya menarik perhatian gw. Dia gak terlalu cerdas, lawakannya rasis dan jayus, sensitif, dan tipe-tipe sarkas gagal. Namun, dia mencurahkan sesuatu ke gw, yang gak bisa gw tolak. Gw terpikat.

Dia tiba-tiba mematahkan. Gw gak sadar dia masang bom yang, ketika akan meledak, bakal bikin seluruh perasaan gw jadinya hanya tinggal serpihan. Dan, seperti yang bisa ditebak, dia tekan pemicunya. Serpihan-serpihan itu kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Menyakiti, menusuk, merusak. 

Gw nangis. Kejer banget. Kenapa gw begitu tolol? Gw selalu menganggap diri gw kuat, jadinya hal-hal macam asmara gak akan menghancurkan, karena gw pikir, apaan sih, gw masih bocah, tau apaan soal cinta? Tapi, karena dia, gw jadi tau. Kalo cinta gak dari dua arah, apalagi malah sambil menembakkan rasa sakit ke arah kita, sekuat apapun diri, setebal apapun tameng, gak bakalan mampu buat tetap berdiri tegak dan menghadapi dunia.

Ada masa-masa dimana gw cuma bisa natap dinding terus nangis. Masa-masa gw kabur dari lingkungan pertemanan gw, karena, to be honest, it reminded me of him, and I can’t stand it. Gw berusaha bangkit, tapi gak bisa.

Gw ambil beberapa tindakan ekstrim. Beberapa langkah yang gak bisa gw ceritain, karena… yah, gitu.

Yang paling mengejutkan adalah, gw sembuh. Total. Rasa-rasa sakit itu gak berbekas lagi. Pas gw menyadarinya... wow. I am okay now.

Tetapi, gw jadi sulit buat ‘jatuh’ pada seseorang lagi. Bukannya gw berubah arah orientasi. Ya ngelirik cowok ganteng mah masih, mwahaha. A little crush to some guy, I guess I still. Namun gw paham, ini bukan waktunya. Ini adalah waktu untuk belajar, mengetes batas diri, bermain, berkenalan, berteman sebanyak-banyaknya, mencoba hal-hal baru, menambah pengalaman. Tapi bukan waktunya untuk mencintai, dicintai, apalagi mencari cinta. Masih terlalu jauh.

Sekarang, kami gak pernah ngobrol lagi. Terkadang, ketika kami bertemu, sengaja atau gak sengaja, gw pengen tanya. Kenapa dia dulu memutuskan untuk menekan pemicu bom itu? Alasan apa sih sebenernya? Apakah itu salah gw? Tetapi, seringnya pengeeen banget bilang makasih, karena kerusakan yang dia buat membuat gw mampu membangun pondasi hidup gw jadi lebih kuat dan fokus ke hal-hal yang benar di waktu yang tepat.

Buat lo yang lagi patah hati, gw punya sebuah kalimat klise, tapi bener-bener terjadi. Obat untuk yang lo rasain sekarang hanya satu : waktu. Udah. Itu doang. Jangan ngerasa loser karena belom bisa move on. Cause it’s okay. Time do heal. Tomorrow will arrive.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar