Jumat, 08 Januari 2021

Tentang Penyesalan dalam Hidup

Dulu gue bisa dengan percaya diri bilang bahwa gue manusia yang punya banyak noda dalam masa lalunya, tapi gue gak punya penyesalan.

Gimana bisa gak punya penyesalan? Karena setiap kesahalan yang gue buat, setiap hal negatif yang terjadi karena gue, yang pada saat momennya terjadi membuat gue ketakutan setengah mati... semua hal itu yang membawa gue ke titik ini. Gak lulus mata kuliah sampe tiga kali, misal. Milih organisasi. Salah ambil kerjaan pertama. Yang membuat gue tertekan kala itu, membuat gue ada disini. Kalo gue dikasih balik ke masa lalu, kayaknya keputusan yang gue ambil tetep sama.

Sampe Bokap gue meninggal.

Garis akhir hidup manusia itu siapa sih yang tau? Buat gue penganut agama Abrahamik, gue tau bahwa pada tanggal Bokap gue meninggal ya memang harus dia meninggal. It's already written when you're born. Yang gue sesalkan adalah gue mendahulukan kepentingan diri sendiri dibanding menghabiskan waktu bersama Bokap, lebih ngejar kerjaan dan mimpi pribadi, sehingga waktu untuk berbincang, duduk bareng dia berkurang. Apalagi di masa hidupnya.

Sebenernya apa sih yang gue kejar? pikir gue sewaktu tubuh Bokap masuk ke dalam tanah. Kejar mimpi? Duit? Kesejahteraan? Apa? Gue tau gue ambisius, karena itu pun Bokap gue juga yang ngajarin. But at that day, the day I saw his body last, I was thinking hard. Ini, semua hal ini, yang gue mau, yang gue kejar, gak ada arti kalo dia gak ada disini. Dan apa sih fungsi ngerjain hal yang gak ada arti?

Buat gue bangkit dari keterpurukan pikiran itu... bahkan sampe detik ini gue nulis, belum sepenuhnya. Gue mulai mengevaluasi yang gue korbankan untuk prestasi materi yang entah sampe kapan bakal berasa cukup. Rasa bersalah dan rasa menyesal atas waktu yang gue lewatkan gak duduk dan ngobrol di ruang keluarga bareng karena kerjaan, atau ngerasa capek. Rasa bersalah dan rasa menyesal atas kelakukan gue sebagai anak brengsek yang bukannya ngerti Bokapnya sakit makanya jadi minta tolong dan manja, malah marah-marah. I hate myself so much. I cried my heart out, but it's no use. He's gone.

On the days I'm at the bottom of the sadness that is my life, I thought to myself, did he know? That I love him? That he's my inspiration, my muse, the big part of my life? Gue gak akan pernah tau jawabannya. Gue cuma bisa nangis.

Saat ini, untungnya gue bisa  dapet motivasi untuk ngejar goals gue lagi, dan berusaha gak mengorbankan waktu buat barengan sama nyokap dan adek gue, atau mengorbankan keinginan pribadi demi uang prestasi. I'm on a high right now, but I know I will crash soon, I just don't know when.

Kalo ditanya apa penyesalan gue dalam hidup? Gue rasa itu akan jadi satu-satunya: gak menghabiskan waktu lebih banyak sama Bokap gue. I miss him so much.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar