Minggu, 26 Agustus 2018

New Year Fireworks.

Sebenernya kita bareng temen-temen, tapi kamu kebut sepeda motormu, meninggalkan mereka. Membuat kita, tinggal kita.

Kita berjalan, nyoba nemuin spot paling sempurna untuk nonton kembang api. Kamu memperlambat langkah, menyamai aku. Tahun baru. Tahun terakhir kita bener-bener bisa bareng, karena kita gak tau dimana kita bakal berada 12 bulan ke depan. Aku singgung tentang kawan-kawan kita, kamu cuma mengendikkan bahu. Apa karena kamu ingin waktu untuk kita sendiri? Aku gak tau. Aku juga gak berani tanya.

Kita berbincang. Tentang kamu. Tentang aku. Tentang masa depan. Tentang impian yang terpatri di kepala untuk waktu yang jauh, jauh di depan. Sekarang aku tau impian kita satupun gak tercapai. Tapi gak apa-apa. Kita sedang mengerjakan sesuatu yang lain, yang jauh lebih menarik, untuk target yang berbeda, hari esok yang berlawanan.

Kita terduduk menatap langit. Tiba-tiba, kamu ambil tanganku ke arah keramaian. Aku protes, kamu maksa. Pahamlah aku kamu mencari tempat yang lebih baik untuk menatap langit.

Berdiri kita disana. Kembang api meluncur ke langit. Kamu mencoba merekam momen itu di ponselmu. Kutonton layarnya, membuat kamu mengernyit menatapku, lalu menurunkan tangan.

"Kenapa gak jadi direkam?"
"Biar nikmatin momennya pake mata aja."

Kita berdiri di sana, di tengah keramaian, orang bertumpuk di antaranya. Namun, rasanya kita sendiri saja. Memandang kembang api, seperti dua orang bodoh, tanpa kata terucap antara kita. Kamu, di sebelah aku.

Detik itu, aku yakin. Tentu aja tahun depan aku bakalan sama kamu. Batinku, kenapa nggak? Kita udah ngelewatin banyak hal berat, kejadian yang bikin lelah. Dan kita selamat! Aku gak peduli apa kata orang, aku gak peduli peringatan siapa-siapa. Kita ya kita. Aku tau kita. Atau begitulah setidaknya kusangka.

Jadi, ketika janji terucap,"Kita bakal ketemu lagi. Tahun depan kita bakal bareng lagi," aku percaya. Percaya dengan segenap jiwa.

Beberapa tahun kemudian, aku sendiri di kamar, terlalu malas buat pergi kemana-mana, meski kawan-kawan baru mengundang untuk menyaksikan kembang api, di tempat lain dari kita itu. Aku enggan. Kembang api cuma mengingatkan ada versi diri aku yang sebenarnya bodoh.

Karena bahkan gak sampai setahun, kita pergi ke arah masing-masing. Kamu ternyata mematahkan hati setelah janji.

Jadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar